Bismillah, alhamdulillah wasshollatu wassalaamu ‘alaa rosuulillah
Sebelum ku memulai menulis kembali di Blog ku ini, ku ingin menyapa saudara ku yang telah lama tak bersua –Fira- yang pulang kampung di Makassar “aga kareeba tu……..” semoga senantiasa diistiqomahkan oleh Alloh dalam kebenaran agama ini dan semoga hafalannya semakin baik. Kapan balik ke Batam….
Tak terasa sudah lebih sebulan aku meninggalkan musik alternativ itu (nasyid). Ku sudah berkomitmen untuk tidak mendengarkannya lagi. Musik yang ku kenal semenjak kelas satu SMA semester dua, karena saat itu juga aku mulai mengenal agama yang mulia ini dan mulai ikut-ikut acara maupun kegiatan di ROHIS sekolah ku saat itu.
Ditengah maraknya lagu-lagu (yang membuat hati menjadi keras, membuat seseorang semakin jauh dari agama bahkan cendrung mengandung kesyirikan) hadir sebuah musik alternativ yaitu NASYID. saat itu bagi ku musik jenis ini benar-benar memberikan solusi dalam mewarnai lagu-lagu “yang tak jelas” yang semakin marak di blantika permusikan bangsa ini “bahasanya lebbay kali” terlebih lagi pesan-pesan yang disampaikan sangat mudah untuk dicerna dan sangat cocok dengan anak-anak SMA yang hendak mengenal agama “intinya kehadiran musik alternativ ini memberikan kesan bahwa agama ini bukan lah agama yang saklek maupun ekstrim (begitulah pemikiranku dan teman-temanku saat itu), dengan kata lain agama ini juga bisa gaul namun tetap dalam koridor syar’i (hah..... aku benci kata ini)”.
Akupun mulai mencintai musik alternativ tersebut, meski dengan ongkos dan jajan yang pas-pasan aku berusaha keras agar aku bisa menyisakan sebagian dari ongkos dan jajanku itu untuk aku belikan kaset-kaset nasyid “saat itu MP3 belum ku kenal” aku pun mulai mengoleksi berbagai kaset dari musik alternativ itu. Aku bahkan hampir mengenal semua munsyid-munsyid (munsyid adalah orang yang mendendangkan nasyid) negeri ini mulai dari yang solo karir sampai dengan yang berkelompok-kelompok, mulai dari munsyid yang berasal dari kalangan mahasiswa sampai dengan munsyid dari kalangan orang dewasa. Mulai dari munsyid kota kelahiranku, munsyid yang sudah terkenal di Indonesia hingga munsyid dari Negara tetangga.
Aku benar-benar kecantol dengan musik alternativ tersebut sampai-sampai aku dan teman ngajiku saat itu punya statement bahwa nasyid adalah penguat ruh bagi jiwa ini. Ketika aku menggunakan komputer pasti aku lebih memilih untuk mendengarkan nasyid dari pada murottal yang tersedia di winamp padahal list MP3 yang tersedia di komputer juga terdapat murottal, di sisi lain ketika aku lebih memilih untuk mendengarkan nasyid memang ada sedikit pertanyaan sih (kenapa gak dengarin murottal saja ya... kalau dengering murottal sudah jelas pasti dapat pahala dan keimanan menjadi naik).
Namun tidak saat ini, aku telah meninggalkan semua itu, dan aku sangat berharap kepada Robbbb yang menguasai jiwa dan hati ini agar jangan sekali-kali aku dikembalikan pada kondisi itu, as alukallohul 'aafiyah.
Lebih dari sebulan yang lalu ku membaca sebuah artikel mengenai musik dan nasyid dan inilah yang menjadi hujjah bagiku untuk meninggalkan musik alternativ ini, aku tidak mau termasuk kedalam golongan orang-orang yang fasiq (mengetahui suatu kebenaran namun tidak mau menjalankannya).
- “dan diantara manusia (ada) yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan alloh tanpa ilmu dan menjadikan jalan alloh sebagai olok-olokan, mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan (Qs. Luqman : 6). Menurut sahabat Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Ma’sud Rodhiyallohu‘anhumaa. Ikrimah, Mujahid dan Hasan Albashri Rohimallohumaa ayat ini turun berkaitan musik dan nyanyian. (Lihat Tahrim Alathith Tharbi, karya Syaikh Al-Albani 142-144). Selain itu dalam tafsir Al-Qur’an, Al-hafizh Ibnu Katsir Rahimahulloh menjelaskan bahwa ayat-ayat ini berkaitan dengan orang-orang hina yang enggan mengambil manfaat dari (mendengarkan) Al-Qur’an kemudian berupaya untuk mendengarkan musik dan nyanyian.
Hujjah ini sudah lebih dari cukup bagiku untuk meninggalkan nasyid, apa yang dikatakan di atas memang benar sesuai dengan kondisi yang aku dan beberapa orang di sekitarku alami. Aku lebih memilih untuk mendengarkan nasyid daripada Al-Qur’an. Namun aku akan menambahnya dengan beberapa hujjah-hujjah berikut yang dapat menguatkannya.
- Dari Abu Malik Al-Asy ‘Ari radhiyallohu ‘anhu bahwa rusululloh SAW bersabda : akan muncul di kalangan umatku, kaum-kaum yang menghalakan zina, sutera, khamr dan alat-alat musik (HR. Bukhori. 10/5590).
- Abdullah Bin Masu’d Radhiyallohu Anhu (sahabat yang dikenal sebagai Qori’nya Rosululloh SAW) berkata: Ghinaa’u yunbitunnifaaqo fiilqolbi-Nyanyian menimbulkan kemunafikan dalam hati (diriwayatkan Ibnu Abid Dunya dalam Dzamul Malahi, 4/2, Al-Baihaqi dari Halnnya, 10/23 dan Syu’abul Iman,4/5098-5099, di Shahihkan oleh Al-Albani)
Sebenarnya begitu banyak lagi hujjah-hujjah yang ingin ku paparkan disini yang kuambil dari beberapa sumber yang dapat dijadikan sebagai alasan untuk meninggalkan musik alternativ itu. Jika ada yang mengatakan bahwa “itu kan strategi dakwah”. Kalau memang itu adalah strategi dakwah dan itu
baik maka telah dilakukan oleh Rosululloh SAW dan para sahabat radhiyallohu'anhum lebih dahulu dari pada kita dan sekiranya jika itu memang baik tentu alloh SWT telah memerintahkan Rosululloh SAW untuk melakukannya, begitu juga dengan para sahabat, Tabi’in serta Tabi’uttabi’in karena merekalah orang-orang terbaik di sepanjang masa ini ,dalam sebuah hadist Rosululloh SAW bersabda:
baik maka telah dilakukan oleh Rosululloh SAW dan para sahabat radhiyallohu'anhum lebih dahulu dari pada kita dan sekiranya jika itu memang baik tentu alloh SWT telah memerintahkan Rosululloh SAW untuk melakukannya, begitu juga dengan para sahabat, Tabi’in serta Tabi’uttabi’in karena merekalah orang-orang terbaik di sepanjang masa ini ,dalam sebuah hadist Rosululloh SAW bersabda:
"Khoirunnaasu qorniy, Stummalladziyna Yaluunahum, Stummalladziyna Yaluunahum-Sebaik-baik manusia adalah yang bersamaku (maksudnya sahabat), Kemudian setelahnya (taabi’in) kemudian setelahnya (taabi’uttaabi’in)"
Namun cara ini tidak pernah mereka lakukan dan mereka contohkan. Ketahuilah bahwa agama ini sudah sangat sempurna dengan cara dan metode yang Rasululloh SAW serta para sahabat contohkan. Ketika kita mengatakan bahwa ini adalah cara dan strategi dakwah yang lebih jitu maka secara tidak langsung kita telah menisbatkan bahwa cara dakwah Rosululloh SAW dan para sahabat contohkan belum sempurna.
Al yauma akmaltu lakum diynukum... -Hari ini telah aku sempurnakan bagimu agama mu. (Qs. Al-Maidah. 3)
Namun cara ini tidak pernah mereka lakukan dan mereka contohkan. Ketahuilah bahwa agama ini sudah sangat sempurna dengan cara dan metode yang Rasululloh SAW serta para sahabat contohkan. Ketika kita mengatakan bahwa ini adalah cara dan strategi dakwah yang lebih jitu maka secara tidak langsung kita telah menisbatkan bahwa cara dakwah Rosululloh SAW dan para sahabat contohkan belum sempurna.
Al yauma akmaltu lakum diynukum... -Hari ini telah aku sempurnakan bagimu agama mu. (Qs. Al-Maidah. 3)
Maka saat nya bagi ku untuk benar-benar totalitas meninggalkan musik alternativ itu, cukup al-quran yang harusnya menghiasi pendengaran ini.....
Walloohu Ta'aalaa A'lam....